6. Suami yang bakhil
Hendaklah para suami menyadari bahwa orang yang tidak memberi nafkah kepada keluarganya dengan cara yang ma’ruf maka sesungguhnya ia telah menelantarkan hak-hak mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
“Cukuplah seseorang disebut berdosa apabila ia menelantarkan kebutuhan pokok orang-orang yang menjadi tanggungannya.” Hadits shahih riwayat Muslim dalam Shahihnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memotivasi para suami agar berinfaq untuk istri dan keluarga mereka dari harta yang telah diberikan Allah kepada mereka. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam kitab-Nya:
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.” [QS. Ath-Thalaq: 7]
Dan engkau.para istri yang mulia, …
Hendaklah menahan diri sebelum menyebut suamimu bakhil. Boleh jadi suamimu bukan bakhil, tetapi memang ia tidak mampu. Maka jangan sampai engkau menzhaliminya.
Apabila suamimu orang susah, bersabarlah dan biasakanlah dirimu dalam menjalani hidup baru, jadilah istri yang qana’ah menerima kehidupan yang ada dan jangan engkau cela suamimu, sesungguhnya qana’ah adalah kekayaan yang tidak akan habis. Ketahuilah bahwa kekayaan yang hakiki adalah kaya hati.
Uruslah suamimu dengan baik dan bersyukurlah kepada Allah niscaya Dia akan menambah karunia-Nya kepada kalian.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami menambah (nikmat) kepadamu.” [QS. Ibrahim: 7]
Dengan demikian engkau akan memperoleh cinta suamimu dan penghormatannya.
Atau mungkin ia bersikap bakhil karena ia melihat bahwa engkau tidak pandai mengatur keuangan atau terlalu boros dalam membelanjakan harta? Berapapun diberi niscaya akan habis dalam sekejap. Jika demikian maka sikap suamimu itu tidak bisa disalahkan. Hendaknya engkau segera merubah sikap dan banyak belajar.
Namun jika ia memang benar-benar bakhil, Allah memberinya rezeki akan tetapi ia tidak menyalurkannya kepada orang lain, maka apa yang harus engkau lakukan?
Doronglah dirinya secara pelan-pelan untuk bersedekah. Dan jika ternyata usahamu gagal dan keadaan semakin membuatmu sempit, maka engkau boleh mengambil hartanya tanpa sepengetahuannya sekadar mencukupi kebutuhan dirimu dan anak-anakmu. Dalilnya adalah kisah Hindun binti ‘Utbah yang mengadukan suaminya yang kikir kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Aku tidak memperoleh kecukupan harta kecuali yang aku ambil diam-diam sementara ia tidak tahu.” Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
“Ambillah sekadar untuk mencukupi kebutuhanmu dan kebutuhan anak-anakrnu secara ma’ruf’” Muttafaqun ‘alaihi
Ketahuilah bahwa suami yang bakhil adalah ibarat anak kecil yang merasa takut dan tidak aman, lalu ia rnenemukan kebahagiaan dengan mengumpulkan harta. Anak kecil pasti akan membela diri ketika dituding melakukan kesalahan.
Oleh karena itu janganlah engkau menyebutnya bakhil dan jangan menjelek-jelekkannya.
Hendaklah engkau menyikapinya secara realistis dan jitu. Apabila misalnya ia menolak menambah uang belanja maka bawalah ia ikut belanja ke pasar bersamamu hingga mengetahui langsung kenaikan harga barang dan terpaksa harus berkorban rnengeluarkan hartanya demi kemaslahatan keluarga.
Hendaklah engkau bersabar dan berusaha memperbaiki, niscaya engkau akan memperoleh pahala dari Allah Ta’ala, dan setelah masa yang panjang mudah-mudahan suamimu akan berubah dari seorang lelaki yang kikir menjadi seorang lelaki yang dermawan.
Itu hanyalah beberapa contoh tipe suami dan di sana masih banyak lagi tipe-tipe suami yang lainnya.
- www.shalihah.com -
0 komentar:
Posting Komentar